Rabu, 24 Oktober 2012

senja


menyimak sebuah obrolan ringan menjelang senja


Di suatu sore, duduk seorang anak dengan ibunya
Ibu : “ nduk tulung bubutno uwan neng alis iki, ana loro”
Translet : Nduk tolong cabutlah uban di allis ini, ada 2
Nduk (panggilan sorang ibu kepada anak perempuannya)
Anak : cilik-cilik bu, susah jupuke (kecil-kecil bu, susah diambilnya)
Ibu : “matamu sing isih awas, tulung jupukno” (matamu yang masih jeli, tolong ambilin)
Akhirnya sang anak pun menyanggupi permintaan ibunya, sambil terus berusaha memilah bulu alis yang berwarna putih sang anak berbicara.
Anak : ibuk i, wong alis wis putih ndadak di jabuti, bakale yo putih maneh. Wis ngono susah jupuke
Translet : ibu i, orang alis sudah putih masak di ambili, kelak juga putih kembali. Lagian juga susah diambilnya
Ibu : ora pa-pa, soale yen diulatke, ketara banget.. (tidak apa-apa, soalnya kalau dilihatin, keliatan sekali)
Anak : iku tandane wis tua (itu tandanya sudah tua)
Ibu : berarti tandane wis meh ditinggal (berarti tandanya sudah akan ditinggal, red.kembali kesisi Sang Pencipta)

Kadang sudah biasa melihat matahari terbit dan tenggelam
Ternyata banyak hikmah luar biasa terkandung didalamnya
Tergantung dari sudut mana memandangnya

waktu terus berlalu, siang malam terus berganti
mungkin kita tak terlalu peduli
umur semakin bertambah, ubanpun bermunculan
kadang tak dihiraukan

padahal peringatan itu nampak jelas
menuju kehidupan kekal
saat penyesalan tiada berguna

semoga kita senantiasa ditunjukkan JALAN PULANG .........
Tunjukilah Hambamu ini jalan yang lurus.
jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya
bukan jalan mereka yang dimurkai
dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. Al-Fatihah :6-7 
Amin