menyimak sebuah obrolan ringan menjelang senja
Di suatu sore, duduk
seorang anak dengan ibunya
Ibu : “ nduk tulung
bubutno uwan neng alis iki, ana loro”
Translet : Nduk tolong
cabutlah uban di allis ini, ada 2
Nduk (panggilan sorang
ibu kepada anak perempuannya)
Anak : cilik-cilik bu,
susah jupuke (kecil-kecil bu, susah diambilnya)
Ibu : “matamu sing
isih awas, tulung jupukno” (matamu yang masih jeli, tolong ambilin)
Akhirnya sang anak pun
menyanggupi permintaan ibunya, sambil terus berusaha memilah bulu alis yang
berwarna putih sang anak berbicara.
Anak : ibuk i, wong
alis wis putih ndadak di jabuti, bakale yo putih maneh. Wis ngono susah jupuke
Translet : ibu i,
orang alis sudah putih masak di ambili, kelak juga putih kembali. Lagian juga
susah diambilnya
Ibu : ora pa-pa, soale
yen diulatke, ketara banget.. (tidak apa-apa, soalnya kalau dilihatin, keliatan
sekali)
Anak : iku tandane wis
tua (itu tandanya sudah tua)
Ibu : berarti tandane
wis meh ditinggal (berarti tandanya sudah akan ditinggal, red.kembali kesisi
Sang Pencipta)
Kadang sudah biasa melihat matahari terbit dan tenggelam
Ternyata banyak hikmah luar biasa terkandung didalamnya
Tergantung dari sudut mana memandangnya
waktu terus berlalu, siang malam terus berganti
mungkin kita tak terlalu peduli
umur semakin bertambah, ubanpun bermunculan
kadang tak dihiraukan
padahal peringatan itu nampak jelas
menuju kehidupan kekal
saat penyesalan tiada berguna
semoga kita senantiasa ditunjukkan JALAN PULANG .........
Tunjukilah Hambamu ini jalan yang lurus.
jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya
bukan jalan mereka yang dimurkai
dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. Al-Fatihah :6-7
jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya
bukan jalan mereka yang dimurkai
dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. Al-Fatihah :6-7
Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar